Jika anda punya kritik, saran, atau masalah dengan blog kami silahkan tinggalkan Komentar.

Kritikan dan Saran anda sangat berarti untuk menjadikan kami menjadi lebih baik.

Jumat, 07 September 2012

Kedasyatan Letusan Gunung Krakatau

  Kiamat bagai melanda bumi saat diguncang letusan Gunung Krakatau 1883. Awan panas menebar maut, longsoran bawah laut yang membangunkan tsunami garang setinggi 40 meter, menggelucak samudra Hindia dan melenyapkan lebih dari 36.000 nyawa manusia.
Sebuah bencana adalah murni rahasia Tuhan. Sebagai manusia kita hanya bisa mengupayakan yang terbaik agar musibah itu dapat ditanggulangi. Begitupun ketika terjadinya bencana letusan Gunung Krakatau 1883.

Bencana gunung meletus di Indonesia bukan lagi menjadi sebuah bencana yang asing sebenarnya. Mengingat Indonesia berada di kawasan cincin api pasifik atau ring of fire. Berada di kawasan itu memungkinkan Indonesia mengalami bencana letusan gunung berkali-kali tiap tahunnya. Sebuah bencana yang tidak bisa diprediksi kedatangannya.
Secara geografis, Indonesia memang memiliki banyak sekali gunung merapi. Gunung-gunung merapi tersebut siap meletus kapan saja. Gambaran ketiba-tibaan itu juga terjadi ketika letusan Gunung Krakatau 1883. Keterkejutan pasti menyelimuti masyarakat Indonesia. Ditambah dengan kecemasan dan ketakutan yang maha dahsyat.

Kehebatan letusan Gunung Krakatau 1883 bisa jadi membuat Indonesia terkenal hingga luar negeri. Pasalnya, efek dari letusan Gunung Krakatau tersebut menyebar bahkan hingga Amerika. Anda mungkin bisa membayangkan betapa dahsyatnya letusan Gunung Krakatau tersebut.
Letusan Gunung Krakatau 1883 mengakibatkan tsunami, dan tsunaminya merambat hingga ke Hawaii, pantai barat Amerika, dan Semenanjung Arabia.
Letusan Gunung Krakatau 1883 benar-benar dahsyat. Krakatau memuntahkan batu dan abu vulkanik, melontarkan benda-benda keras hingga mencapai Sri Lanka, India, Pakistan, Australia, dan Selandia Baru. Menciptakan cekungan luas berdiameter 7 km dan kedalaman 250 meter di Pulau Rakata. Awan membara dan hamburan debunya mencapai Norwegia.
Suara dentuman dari letusan Gunung Krakatau 1883 terdengar hingga Australia dan Pulau Rodrigues di dekat Afrika. Debu vulkanik mencekam langit dalam menenggelamkan dunia dalam kegelapan total selama dua hari penuh. Bahkan, matahari redup hingga berbulan-bulan lamanya dan alam serentak mengalami perubahan iklim global.

Letusan Gunung Krakatau 1883 bukan cerita satu-satunya tentang meletusnya gunung tersebut. Adalah kitab Pustaka Raja Parwa yang ditulis 416 Masehi, menyebutkan sebuah ledakan dahsyat Gunung Batuwarna, nama lain Krakatau Purba, yang menciptakan banjir besar, badai laut, dan membelah Pulau Jawa menjadi dua. Belahan itulah yang kemudian bernama Sumatra.
Ledakan Gunung Krakatau 1883 yang dahsyat, konon tidak kalah dahsyat dengan ledakan Gunung Krakatau yang terjadi pada 416 M. Ledakan itu melumat tiga perempat gunung setinggai 2.000 meter, sehingga membentuk kaldera bawah laut dengan mulut menyembul ke atas permukaan dan dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang, dan Pulau Sertung.
Malapetaka ini mengancurkan peradaban Persia, Nazca, dan Arabia Selatan, menghilangkan kota Maya dan Tikal, menimbulkan kekacauan di Romawi. Temperatur turun 5-10 derajat akibat sinar matahari tidak bisa mencapai bumi karena atmosfir dipenuhi material awan dengan ketebalan 20-150 meter.

Tahun 1680, Krakatau kembali meletus memuntahkan lava andesit asam. Lalu, setelah itu, Krakatau terlelap selama 200 tahun lamanya. Letusan Gunung Krakatau 1883, kembali menggemparkan dunia. Letusan dahsyat itu terjadi pada 26-27 Agustus 1883.
Gunung Krakatau seperti ancaman bagi warga dunia saat itu. Letusan Gunung Krakatau 1883 yang merupakan rangkaian dari letusan Gunung Krakatau sebelumnya memberikan efek trauma khususnya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Data-data letusan Gunung Krakatau 1883 banyak ditemukan pada tulisan dan kesaksian warga Belanda yang tinggal di wilayah kolonial, Indonesia. Diceritakan bahwa Gunung Krakatau sudah menunjukkan tanda-tanda aktif sejak bulan Mei, berupa batuk-batuk kecil.
Namun, keterbatasan ilmu geologi saat itu tidak menangkap hal tersebut sebagai sebuah peringatan tanda bahaya. Bahkan, saat letusan berlangsung pada 20 Mei, di mana abu gunung dan material vulkanik terlontar mencapai ketinggian 11 km, belum ada dugaan bahwa Krakatau tengah mengawali ledakan masif tiga bulan berikutnya. Peringatan akan terjadinya letusan Gunung Krakatau 1883 pun tidak ada.

Letusan Gunung Krakatau 1883 terjadi pada hari minggu. Minggu, 26 Agustus, pukul 13.00 terdengar gemuruh dari arah gunung yang terlihat jelas dari Pelabuhan Merak itu. Suaranya terdengar hingga Batavia. Dan dari jarak ratusan kilometer, terlihat menyerupai kilat petir disertai guntur.Langit suram kelam. Mendung aneh terlihat menggelantung. Hujan turun dan tidak seperti biasanya, kali ini yang jatuh berupa butiran es.

Letusan Gunung Krakatau 1883 mengeluarkan bau belerang yang amat busuk. Bau belerang amat menusuk di udara Serang. Sementara Batavia diselimuti udara dingin yang aneh. Suhu turun drastis. Di Anyer, alam bahkan tenggelam dalam kegelapan total. Tangan di depan mata pun tak terlihat tanpa bantuan cahaya. Pukul 17.00, gemuruh semakin riuh dicampur ledakan beruntuk serupa meriam salvo. Dari Batavia terlihat kilatan halilintar semakin kerap. Bukan halilintar biasa, sebab dari cahayanya terlihat bahwa sambarannya ke atas, bukan ke bawah.
Suasana senja sore itu berkabut. Suasana saat letusan Gunung Krakatau 1883 itu sungguh mencekam. Tidak ada berita dikirim dari Anyer maupun Serang. Orang-orang di Batavia bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Sebagian orang menyangka Krakatau meletus, namun yang tidak mereka perkirakan adalah besarnya malapetaka yang sedang ditebar.

Malam harinya, tidak ada yang berani tidur. Semua orang waswas menunggu kepastian. Sebagian orang menyangka kiamat datang lebih cepat. Wajah-wajah panik berkeliaran di jalan-jalan. Penduduk asli Batavia berkumpul di masjid-masjid untuk berdoa. Rangkaian letusan Gunung Krakatau 1883 benar-benar membuat penduduk khawatir.
Menjelang subuh, kembali terdengar suara gemuruh. Suara letusan Gunung Krakatau 1883 beruntun lebih kerap dan keras dari sebelumnya. Asap vulkanik membentuk tabir atmosfer dan menurunkan suhu secara drastis. Gempa hebat terjadi di Banten dan Jakarta. Hujan abu mewarnai pagi, dan matahari hilang dari langit.
Barulah pada 27 Agustus, pukul 10:02 pagi, masyarakat dibuat terperangah oleh ledakan berkekuatan lebih dari 26 kali bom hidrogen terkuat yang pernah dibuat manusia dalam percobaan modern. Material vulkanik menembus angkasa hingga ketinggian 55 km. Letusan Gunung Krakatau 1883 terjadi pagi itu.

Gelombang pasang menerjang Merak dan menyapu permukaannya tanpa sisa. Hujan abu berganti hujan kerikil dan material yang lebih besar. Tengah hari pukul 12, Jawa Barat dan Batavia gelap gulita, dan tersiar kabar tsunami mencapai Tanjung Priok. Kapal-kapal besar seperti Prinses Wilhelmina dan Kapal Tjiliwoeng menggelepar di daratan setelah dilambungkan ombak pasang. Caringin luluh lantak, dan Teluk Betung bagai tercampak dari peta.
Gambaran tentang letusan Gunung Krakatau 1883 benar-benar mengerikan.
Letusan Gunung Krakatau 1883 diikuti oleh tsunami. Tsunami terjadi tiga kali, yakni pada minggu petang, Senin pagi pukul 6.30, dan saing hari pukul 10.30. Gelombang terakhir yang paling dahsyat. Gelap total seluruh alam selama beberapa hari karena selimut awan bercampur material vulkanik. Saat ketebalan asap berkurang dan alam mulai terang, Gunung Krakatau telah hilang berganti dengan cekungan kaldera yang luas dan dalam.

Dua hari setelah letusan Gunung Krakatau 1883, sabuk debu masih tersimpan di awan dan terbawa hingga Afrika. Dua bulan kemudian, debu masih belum sepenuhnya terlepas dari awan, bahkan menyebar ke seluruh dunia, dan pada bulan ketiga sabuk debu mencapai Eslandia.
Debu itu mengubah panorama langit dan menimbulkan dampak optik yang menakjubkan seperti korona, matahari atau bulan terlihat berwarna merah, hijau atau biru di beberapa tempat di dunia. Fenomena itu berlangsung hingga berbulan-bulan setelah letusan Gunung Krakatau 1883.



^ Dan sepertinya gunung krakatau akan meledak lagi, akankah ledakan ini lebih dahsyat dari letusan gunung pada tahun 1883.?
akankah ini menjadi akhir dari kehidupan kita.?
Semua itu hanya Allah yang mengetahuinya. ^

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar